PENDAHULUAN
Merupakan teori
pengetahuan yang membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan dari
objek yang ingin diketahui atau dipikirkan. Epistemologi juga berarti cabang
ilmu filsafat yang membahas hakikat pengetahuan.
Epistimologi atau teori pengetahuan adalah
cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan,
pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya, serta pertanggung jawaban atas
pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki (Bachtiar : 2004 : 148)
Kemudian muncul
keraguan terhadap adanya kemungkinan itu, mereka yang meragukan akan kemampuan manusia
mengetahui realitas (kaum sophis), mereka menanyakan seberapa jauh pengetahuan
kita mengenai kodrat benar-benar merupakan sumbangan subjektifitas manusia?
Apakah kita mempunyai pengetahuan mengenai kodrat sebagaimana adanya? Sikap
skeptis inilah yang mengawali munculnya epistemologi.
Pengetahuan/epistemologi
berasal dari bahasa Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (kata,
pikiran, percakapan atau ilmu). Jadi pengetahuan (epistemologi) berarti kata,
pikiran, percakapan tentang pengetahuan atau ilmu pengetahuan.
The Liang Gie (1998:120)
menafsirkan pengetahuan adalah keseluruhan keterangan dan ide yang terkandung
dalam pernyataan-pernyataan yang dibuat mengenai
peristiwa baik yang bersifat alamiah, sosial maupun individu.
Menurut Suparlan Suhartono (2008:48), pengetahuan
adalah sesuatu yang ada secara niscaya pada diri manusia. Keberadaannya diawali
dari kecendrungan psikis manusia sebagai bawaan kodrat manusia, yaitu dorongan
ingin tahu yang bersumber dari kehendak atau kemauan.
Jujun S. Suriasumantri
(2005:104) mendefinisikan pengetahuan dengan segenap apa yang diketahui tentang
suatu obyek tertentu, termasuk didalamnya ilmu.
Menurut Surajiyo
(2007:26), Pengetahuan adalah hasil “tahu” manusia terhadap sesuatu atau segala
perbuatan manusia untuk memahami suatu obyek yang dihadapinya. Atau hasil usaha
manusia untuk memahami suatu objek tertentu.
Selanjutnya Surajiyo
(2007) membagi pengetahuan dalam dua jenis :
a. Pengetahuan ilmiah; adalah segenap
hasil pemahaman manusia yang diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah.
b. Pengetahuan non-ilmiah; adalah
pengetahuan yang diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang tidak termasuk
kategori metode ilmiah.
Dari uraian diatas dapatlah dipahami bahwa
pengetahuan didapat dari rasa ingin mengetahui tentang obyek tertentu kemudian
yang didapat dengan dan tanpa menggunakan metode ilmiah serta dirasakan melalui
pengalaman indrawi.
SUMBER POKOK
PENGETAHUAN
Sepanjang sejarah manusia senantiasa dihantui oleh berbagai
pertanyaan mendasar tentang diri dan kehidupannya. Berbagai jawaban yang
bersifat spekulatif coba diajukan oleh para pemikir sepanjang sejarah dan
terkadang jawaban-jawaban yang diajukan saling kontradiksi satu dengan yang
lainnya. Perbedaan jawaban yang diajukan menjadikan perbedaan mendasar pada pandangan
dan pola hidup (pandangan dunia dan ideology) manusia sepanjang sejarah. Salah
satu perdebatan mendasar dalam sejarah kehidupan manusia adalah perdebatan
seputar sumber dan asal usul pengetahuan.[1] Perbedaan pandangan seputar sumber dan
asal-usul pengetahuan (atau lebih dikenal dengan epistemologi) inilah yang
kemudian menjadi dasar pemicu perbedaan pandangan dunia dan ideology manusia.[2]
Kemudian perdebatan lainnya adalah persoalan sumber-sumber dan asal
usul pengetahuan dengan meneliti, mempelajari dan mencoba mengungkapkan
prinsip-prinsip primer kekuatan struktur pikiran yang dianugerahkan kepada
manusia. Dengan itu, ia dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
Bagaimana pengetahuan itu muncul dalam diri manusia? Bagaimana kemampuan
intelektualnya tercipta, termasuk setiap pemikiran dan konsep-konsep (notions)
yang muncul sejak dini? Dan apakah sumber yang memberikan kepada manusia arus
pemikiran dan pengetahuan itu.
KONSEPSI dan SUMBER
POKOKNYA
Dalam
perjalanan sejarah filsafat,
permasalahan itu telah menghasilkan beberapa pemecahan yang terangkum dalam
teori-teori berikut :
1.
Teori Plato tentang
pengingatan kembali
Teori Plato tentang pengingatan kembali adalah teori
yang berpendapat bahwa pengetahuan
adalah fungsi mengingat kemabli informasi-informasi yang telah lebih
dulu diperoleh. Ia mendasarkan nya pada filsafat tertentunya tentang alam ide
dan keazalian jiwa. Plato yakin bahwa jiwa manusia ada dalam bentuk berdiri
sendiri, terlepas dari badan, sebelum badan itu ada.
Teori ini berdasarkan atas dua proposisi berikut :
pertama, bahwa jiwa sudah ada sebelum adanya badan di alam yang lebih tinggi
dari pada alam materi. Kedua, bahwa pengetahuan rasional tidak lain adalah
pengetahuan tentang realitas-realitas yang tetap dialam yang lebih tinggi, yang
oleh plato disebut dengan archetypes.
2.
Teori Rasional
Teori rasional adalah teori para filosof eropa
seperti Descrates (1596-1650) dan Immanuel Kant (1724-1804), dan lain-lain.
Teori-teori tersebut terangkum dalam kepercayaan adanya dua sumber bagi
konsepsi. Pertama, penginderaan (sensasi). Kedua, adalah fithrah, dalam arti
bahwa akal manusia memiliki pengertian-pengertian dan konsepsi-konsepsi yang
tidak muncul dari indera. Tetapi ia sudah ada (tetap) dalam lubuk fitrah.
Para kaum rasionalis tidak dapat dapat menjelaskan
alasanya munculnya sejumlah gagasan dan konsepsi dari indera, karena memang ia
bukan konsepsi-konsepsi indrawi. Maka ia harus digali secara esensial dari
lubuk jiwa. Untuk itu, kita dapat membantah teori itu melalui dua cara.
Pertama, menganalisa pengetahuan sedemikian sehingga
dapat menisbahkan semuanya itu kepada indera dan merumuskan pemahaman mengenai
cara munculnya konsepsi-konsepsi dari indera. Analisis seperti ini akan membuat
teori tentang ide fitri tak beralasan
sama sekali, karena ia berdasarkan pemisahan total beberapa ide dari wilayah
alam indera.
Cara
kedua, adalah metode filosofis untuk menolak (pandangan mengenai)
konsepsi-konsepsi fitri. Ia berdasarkan atas kaidah yang menyatakan bahwa suatu
kebergandaan efek tidak mungkin efek tidak mungkin keluar dari sesuatu yang
sederhana.
3.
Teori Empirikal
Teori
emperikal mengatakan bahwa penginderaan adalah satu-satunya yang membekali akal
manusia dengan konsepsi-konsepsi dan gagasan, dan (bahwa potensi mental akal
budi) adalah potensi yang mencerminkan dalam berbagai persepsi inderawi. Akal budi, berdasarkan teori adalah, hanyalah
mengelola konsepsi-konsepsi gagasan-gagasan inderawi.
4.
Teori Disposesi
Teori ini, secara umum, adalah teori para filosof muslim.
Ia terangkum dalam pembagian konsepsi-konsepsi
mental menjadi dua bagian : Konsepsi-konsepsi primer dan konsepsi
sekunder.
Konsepsi-konsepsi primer adalah dasar konseptual
bagi akal manusia. Ini lahir dari persepsi
secara langsung terhadap kandungan-kandungannya. Kita mengkonsepsi panas
karena kita mempersepsinya dengan perabaan, mengkonsepsi warna karena kita mempersepsikannya
dengan penglihatan. Dari ide-ide itu, terbentuklah kaidah pertama (primer) bagi
konsepsi. Dan berdasarkan kaidah itu, akal memunculkan konsepsi-konsepsi
sekunder (turunan)
TASHDIQ DAN SUMBER
POKOKNYA
Beberapa aliran filsafat mencoba
menjawab persoalan tersebut yaitu sebagai berikut :
1.
Doktrin Rasional
Dalam kaum rasionalis, pengetahuan
manusia terbagi menjadi dua. Pertama, pengetahuan yang mesti, atau intuitif.
Maksud kemestian ialah bahwa akal mesti mengakui suatu proposisi tertentu tanpa
mencari dalil atau bukti kebenarannya. Kedua , informasi dan pengetahuan
teoritis. Akal tidak akan mempercayai kebenaran beberapa proposisi, kecuali
dengan pengetahuan-pengetahuan pendahulu. Penilaian atas proposisi-proposisi
tersebut bergantung pada proses pemikiran dan penggalian kebenaran dari
kebenaran-kebenaran yang lebih dahulu dan lebih pasti darinya.
2.
Doktrin Emperikal
Teori emperikal berpendapat bahwa
pengalaman adalah sumber pertama semua pengetahuan manusia. Karena itu, jika
manusia tidak memiliki pengalaman dalam segala bentuknya, ia tidak akan
mengetahui realitas apa pun-bagaimanapun terangnya realitas itu. Ini menunjukkan
bahwa manusia itu dilahirkan dalam keadaan tidak memiliki pengetahuan. Kaum
empiris tidak mengakui adanya pengetahuan rasional yang mendahului pengalaman.
Mereka menganggap pengalaman sebagai asas satu-satunya untuk mendapatkan
penilaian yang benar , dan sebagai criteria umum dalam setiap bidang. Manusia
tidak memiliki penilaian yang pengukuhannya terlepas dari pengalaman. Hal itu
menimbulkan berikut ini
Pertama, pembatasan daya pikir manusia oleh
batas-batas wilayah empirikal, sehingga setiap pembahasan atau studi
masalah-masalah metafisika adalah sia-sia. (berbeda sekali dengan dokrin
rasional). Kedua, perjalanan pikiran manusia itu sama sekali berbeda dengan
yang diyakini oleh doktrin rasional. Kalau doktrin rasional percaya bahwa
berpikir itu selalu dari yang umum ke yang khusus, maka kaum empiris percaya
bahwa berpikir itu dari khusus ke yang umum.
MARXISME dan PENGALAMAN
Doktrin
emperikal yang telah kita kemukakan di atas adalah itu berlaku untuk dua
pendapat dalam persoalan pengetahuan. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa
semua pengetahuan telah sempurna pada
tahap awalnya, yaitu pada tahap penginderaan dan pengalaman sederhana. Kedua,
pendapat yang mengatakan bahwa ada dua langkah bagi pengetahuan: langkah
emperikal dan langkah mental, yaitu aplikasi dan teori, atau tahap pengalaman
dan tahap pengertian dan penyimpulan. Jadi, titik tolak pengetahuan adalah
indera dan pengalaman.
Marxisme
menyatakan bahwa teori tidak mungkin terpisah dari apliaksi : adalah penting,
dengan demikian, bahwa kita harus memahami arti kesatuan teori dan aplikasi.
Artinya, orang yang mengabaikan teori akan menganut filsafat aplikasi.
PENGALAMAN INDERAWI dan
BANGUNAN FILSAFAT
Kontradiksi
yang tajam itu antara doktrin rasional dan emperikal bukan hanya dalam
batas-batas teori pengetahuan saja. Pengaruhnya yang membahayakan bahkan
menjangkau ke segenap bangunan filsafat. Sebab, nasib filsafat sebagai bangunan
yang tak bergantung pada ilmu-ilmu alam dan empirical itu sangat berhubungan
dengan metode menghilangkan kontradiksi tersebut antara doktrin rasional dan
empirikal.
Filsafat
tetap menguasai bidang intelektual manusia sampai eksprimen mulai unjuk diri
dan ,memainkan perannya dalam banyak bidang dengan berangkat dari yang particular
ke yang universal, dari subjek-subjek eksprimen ke hokum-hukum yang lebih umum
dan lebih menyeluruh. Karenanya, filsafat menjadi menyusut dan terbatas pada
bidang pokoknya, dan membuka jalan bagi lawannya –ilmu pengetahuan-untuk aktif
di bidang-bidang lain. Dengan begitu,
terpisahlah ilmu pengetahuan dari filsafat
ALIRAN POSITIVIS dalam
FILSAFAT
Positvisme
lahir dan berkembang di bawah naungan empirisme. Materialisme positivis, karena
itu, menyerang mati-matian filsafat dan subjek-subjek metafisikanya.
Materialisme positivis tidak hanya menyerang filsafat metafisika dengan
tuduhan-tuduhan seperti biasanya dilontarkan oleh pendukung-pendukung doktrin
empirikal. Ia tidak hanya mengatakan bahwa proposisi-proposisi filsafat itu
tidak bermanfaat bagi kehidupan praktis dan tidak dapat dibuktikan dengan
metode ilmiah.
Kita
dapat meringkaskan sifat-sifat yang dikaitkan oleh aliran positivis kepada
proposisi-proposisi filosofis :
1. Tidak
mungkin mengukuhkan proposisi filsafat, sebab subjek-subjek yang dikajinya
berada di luar batas-batas eksprimen dan pengalaman manusia
2. Kita
tidak mungkin menggambarkan kondisi, yang jika dimiliki, maka proposisi itu
benar, dan kalau tidak, maka proposisi itu salah sebab tidak terdapat perbedaan
dalam konsep aktualitas apakah proposisi filosofis itu benar atau salah.
3. Karena
itu, proposisi filosofis tidak bermakna, karena ia tidak memberikan informasi
tentang alam
4. Berdasarkan
itu semua, tidak dibenarkan untuk melukiskan proposisi filosofis sebagai benar
atau salah.
MARXISME dan FILSAFAT
Sikap
Marxisme mengenai filsafat secara esensial mirip dengan sikap positivisme.
Marxisme menolak sepenuhnya filsafat yang lebih tinggi yang dikenakan pada
ilmu-ilmu pengetahuan, dan tidak muncul dari ilmu-ilmu pengetahuan itu. Sebab,
Marxisme, baik dalam pandangan maupun metode berpikirnya, adalah empirikal.
Karena itu, adalah wajar jika marxisme tidak memberikan tempat bagi metafisika
dalam pembahasan-pembahasannya. Dan karena itu, ia memerlukan filsafat ilmiah,
yaitu materialisme dialektis, dan mengklaim bahwa filsafat itu berdasarkan ilmu-ilmu alam dan menjadi kuat
berkat perkembangan ilmiah dalam berbagai bidang
ANALISIS
dan KOMENTAR
Pengetahuan adalah merupakan
hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telingan. Pengetahuan
adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang.
Pengetahuan termasuk, tetapi tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep,
teori, prinsip dan prosedur yang secara Probabilitas Bayesian adalah benar atau
berguna.
Menurut pendekatan
kontruktivistis, pengetahuan
bukanlah fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai
konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya.
Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang
lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang
terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena
adanya pemahaman-pemahaman baru.
Dalam pengertian lain, Pengetahuan
adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan
akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk
mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan
sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya,
ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan
tersebut.
Daftar Pustaka
Ash-Shadr, M.B. 1995. Falsafatuna, Bandung : Mizan
Bakhtiar, Amsal. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers.
Suhartono Suparlan. (2008). Filsafat
Pendidikan. Yogyakarta: Ar ruzz Media.
Surajiyo. (2007). Filsafat Ilmu dan
Perkembangannya di Indonesia. Suatu Pengantar. Jakarta :
Bumi
Aksara.
Suriasumantri Jujun S. 2005 Filsafat
Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
The Liang Gie. (1998). Lintasan
Sejarah Ilmu. Yogyakarta : Pusat Belajar Ilmu Berguna.
Memuaskan bang ilmunya
BalasHapus