Halaman

Selasa, 20 Maret 2012

FILSAFAT ILMU (SEBUAH PENGANTAR POPULER)

Oleh : Juanda


Pendahuluan
Filsafat ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaiknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat.
Kelahiran filsafat di Yunani menunjukkan pola pemikiran bangsa Yunani dari pandangan mitologi akhirnya lenyap dan pada gilirannya rasiolah yang dominan.

Perubahan dari pola pikir mitos-mitos ke rasio membawa implikasi yang tidak kecil. Alam dengan segala gejalanya, yang selama itu ditakuti kemudian didekati dan bahkan bisa dikuasai. Perubahan yang mendasar adalah ditemukannya hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang terjadi, baik alam semesta maupun pada manusia sendiri.
I. Ke Arah Pemikiran Filsafat
1. Ilmu dan Filsafat
Bertanyalah seorang awam kepada ahli filsafat yang arif bijaksana, ”bagaimana caranya agar saya mendapat pengetahuan yang benar?. ”mudah saja”, jawab filsuf itu,” ketahuilah apa yang kau tahu dan ketahuilah apa yang kau tidak tahu”.
Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kapastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui apa yang telah kita ketahui dalam kemestaan yang seakan tak terbatas ini.

Ilmu merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Filsafat dianggap sebagai ratu ilmu pengetahuan, [1]

Apakah yang sebenarnya ditelaah filsafat?
Selaras dengan dasarnya yang spekulatif, maka dia menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia, mempersoalkan hal-hal yang pokok; terjawab masalah yang satu, diapun mulai merambah pertanyaan lainnya. Pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi yakni apa yang disebut benar dan apa yang disebut dengan salah (logika), mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika) dan apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika). Ketiga cabang ini kemudian berkembang luas hingga saat ini yang melahirkan berbagai cabang kajian filsafat yang kita jumpai seperti filsafat politik, pendidikan dan agama.

Dalam bentuk kontemporer filsafat ilmu kemudian menjadi suatu topik bagi analisis dan diskusi eksplisit yang setara dengan cabang-cabang filsafat lainnya yaitu: etika, logika, dan epistemologi (teori pengetahuan). Sebagai suatu disiplin, filsafat ilmu berusaha untuk menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penelitian ilmiah yaitu prosedur-posedur pengamaatan, pola argument, metode penyajian dan penghitungan, praandaian-praandaian metafisik dan seterusnya. Kemudian mengevaluasi dasar-dasar validitasnya bedasarkan sudut pandang logika formal, metodologi praktis dan metafisika[2]

II. Dasar-dasar Pengetahuan
2. Penalaran. Penalaran  merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan yang berupa pengetahuan. Manusia pada hakikatnya merupakan mahluk yang berpikir, merasa, bersikap dan bertindak. Sikap dan tindakan yang bersumber pada pengetahuan yang didapat melalui kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan. Penalaran mempunyai ciri, yaitu: merupakan suatu proses berpikir logis, dimana berpikir logis diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau menurut logika tertentu dan sifat analitik dari proses berpikirnya, menyandarkan diri pada suatu analisis dan kerangka berpikir yang digunakan untuk analisis tersebut aalah logika penalaran yang bersangkutan, artinya kegiatan berpikir analisis adalah berdasarkan langkah-langka tertentu. Tidak semua kegiatan berpikir mendasarkan pada penalaran seperti perasaan dan intuisi.
3. Logika. Penalaran merupakan proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan dari penalaran itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu cara tertentu. Penarikan kesimpulan dianggap benar jika penarikan kseimpulan dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan ini disebut dengan logika.    

4. Sumber Pengetahuan. Pada dasarnya terdapat dua cara yang pokok bagi manusia untuk mendapatkan pengetahuan yang benar. pertama,  mendasarkan diri pada rasional dan mendasarkan diri pada fakta. Disamping itu adanya intuisi dan wahyu. Intuisi merupakan pengetahuan yang didapat tanpa melalui proses penalaran tertentu, seperti ”orang yang sedang terpusat pemikirannya pada suatu masalah tiba-tiba menemukan jawabannya.

5. Kriteria Kebenaran, teori korespondensi: benar jika meteri pengetahuan yang terkandung di pernyataan berhubungan dengan objek yang dituju dalam pernyataan. Teori pragmatis: kebenaran diukur dari kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis.
III. Ontologi: Hakikat Apa Yang dikaji.
6. Metafisika, tapsiran yang paling pertama diberikan oleh manusia terhadap alam ini adalah terdapat ujud yang bersifat gaib (supernatural) yang memiliki kuasa lebih dibandingkan dengan alam yang nyata. Paham supernatural ditolak oleh paham naturalisme, materialisme yang merupakan paham berdasarkan naturalisme ini menyatakan bahwa gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan gaib melainkan oleh kekautan yang terkandung dalam alam itu sendiri, yang dapat dipelajari hingga dapat diketahui. Pada hakikatnya ilmu tidak biasa lepas dari metafisika, namun seberapa kaitannya itu tergantung kita. Ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam ini denga apa adanya, sehingga kita tidak dapat melepaskan diri dari masalah yang ada di dalamnya.
7. Asumsi, merupakan dugaan-dugaan sementara yang belum jelas kebenarannya, karena belum ada fakta pendukung yang valid. Ilmu sebagai pengetahuan yang berfungsi membantu dalam memecahkan masalah praktis sehari-hari, tidaklah perlu memiliki kemutlakan seperti halnya agam. Walaupun demikian sampai tahap tertentu ilmu memiliki keabsahan dalam melakukan generalisasi.

8. Peluang, jadi berdasarkan teori-teori keilmuan, saya tidak akan pernah mendapatkan hal yang pasti mengenai suatu kejadian, tanya seorang awam kepada seorang ilmuan. Tidak seperti itu kata ilmuan tersebut, hanya kesimpulan yang probabilistik.
9. Beberapa Asumsi Dalam Ilmu. Seorang ilmuan harus benar-benar mengenal asumsi yang digunakan dalam analisis keilmuannya, sebab mempergunakan asumsi yang berbeda, maka berbeda pula konsep pemikiran yang dipergunakan. Sering kita jumpai bahwa asumsi yang melandasi suatu kejadian keilmuan tidak bersifat tersurat melainkan tersirat. Asumsi yang tersirat ini terkadang menyesatkan, sebab selalu mendapat kemungkinan bahwa kita berbeda penafsiran tentang sesuatu yang tidak dinyatakan, oleh karena itu maka untuk pengkajian ilmiah yang lugas lebih baik digunakan asumsi yang tegas.   

10. Batas-batas Penjelajahan Ilmu, ilmu memulai penjelajahannya pada pengalaman manusia dan berhenti di batas pengalaman manusia. Apakah ilmu mempelajari sebab musabab kejadian terciptanya manusia?. Jawabannya tidak. Karena diluar penjelajahan ilmu.

IV. Epistemologi: Cara Mendapatkan Pengetahuan.
11. Jarum Sejarah Pengetahuan, pendekatan interdisipliner merupakan sebuah keharursan, dengan tidak mengaburkan otonomi masing-masing disiplin keilmuan yang berkembang berdasarkan routenya. Melainkan menciptakan paradigma. Paradigma ini mrupakan bukan ilmu melainkan berpikir ilmiah seperti logika, bukan merupakan fusi antara berbagai disiplin ilmu yang akan menimbulkann anarki keilmuan, melainkan suatu federasi dengan diikat pada pendekatan tertentu yang dengan otonominya saling menyumbangkan analisisnya dalam mengkaji objek yang menjadi telaah secara berasama.

12. Pengetahuan, pengetahuan pada hakikatnya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu objek tertentu, termasuk di dalamnya ilmu, sehingga pengetahuan merupakan bagian pengetahuan yang diketahui oleh manusia. Pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan. Untuk itu muncul pertanyaan Bagaimana cara kita menyusun pengetahuan dengan benar?.  Masalah ini dalam filsafat disebut epistemologi dan landasan epistemologi adalah metode ilmiah yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar.

13. Metode Ilmiah, merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Jadi ilmu didapat dari metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmu sebab ilmu merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat tertentu. Syarat yang harus dipenuhi agar pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang dinamakan dengan metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara bekerjanya pikiran, sehingga pengetahuan yang dihasilkan mempunyai karakteristik tertentu yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji yang memungkinkan tubuh pengetahuan yang disusun merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan. Dalam hal ini metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan induktif dalam membangun tubuh pengetahuannya. Adapun tahapan dalam kegiatan ilmiah, yaitu: perumusan masalah, penyusunan kerangka berpikir dalam penyusunan hipotesis dan merumuskan hipotesis, penarikan kesimpulan.    

V. Sarana Berpikir Ilmiah
Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah dengan baik, maka diperlukan sarana yang berupa bahasa, logika, matematika dam statistika.
16. Bahasa
Keunikan manusia sebenarnya bukan terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada kemampuan berbahasanya. Tanpa bahasa maka kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dilakukan, tanpa kemampuan berbahasa manusia tidak menungkin mengembangkan kebudayaannya, selanjutnya tidak dapat mengkomunikasikan pengetahuan kepada orang lain. Jika kita berbicara maka hakikat informasi yang kita sampaikan mengandung unsur emotif, demikian jika kita menyampaikan perasaan maka ekspresi itu mengandung unsur informatif. Bahasa mengkomunikasikan tiga  hal yakni buah pikiran, perasaan dan sikap

17. Matematika
Merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang kita sampaikan, lambang dari matematika bersifat artifisialis, mempunyai arti jika diberikan sebuah makna kepadanya. Matematika bersifat kuantitatif dan sebagai sarana berpikir deduktif.
VI. Aksiologi : Nilai Kegunaan
18. Ilmu dan Moral
Benarkah bahwa makin cerdas, maka makin pandai kita menemukan kebenaran, makin benar maka makin baik pula perbuatan kita? Apakah manusia mempunyai penalaran tinggi, lalu makin berbudi, sebab moral mereka dilandasi oleh anlisis yang hakiki, atau sebaliknya makin cerdas maka makin pandai pula kita berdusta?. Masalah moral berkaitan dengan metafisika keilmuan, maka dalam tahap manipulasi ini masalah moral berkaitan dengan cara penggunaan pengetahuan ilmiah. Ontologi diartikan sebagai pengkajian mengenai hakikat realitas dari objek yang di telaah dalam membuahkan pengetahuan, aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Sokrates minum racun, John Huss dibakar sebagai contoh betapa ilmuan memiliki landasan moral, jika tidak ilmuan sangat mudah tergelincir dalam prostitusi intelektual.
19. Tanggung Jawab Sosial Ilmuan
Seorang ilmuan mempunyai tanggung jawab sosial di bahunya. Bukan saja karena ia  adalah warga masyarakat yang kepentingannya terlibat secara langsung dengan di masyarakat yang yang lebih penting adalah karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam keberlangsungan hidup manusia. Sampai ikut bertanggung jawab agar produk keilmuannya sampai dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sikap sosial seorang ilmuan adalah konsisten dengan proses penelaahan keilmuan yang dilakukan. Sering dikatakan bahwa ilmu itu bebas dari sistem nilai. Ilmu itu sendiri netraldan para ilmuanlah yang memberikannya nilai.
 20. Nuklir dan Pilihan Moral
Seorang ilmuan secara moral tidak akam membiarkan hasil penemuannya dipergunakan untuk menindas bangsa lain meskipun yang mempergunakan itu adalah bangsanya sendiri. Seorang ilmuan tidak boleh berpangku tangan, dia harus memilih sikap, berpihak pada kemanusiaan. Pilihan moral memang terkadang getir sebab tidak bersifat hitam di atas putih. Seperti halnya yang terjadi pada Albert Einstein diperintahkan untuk membuat bom atom oleh pemerintah negaranya. Seorang ilmuan tidak boleh menyembunyikan hasil penemuannya, apapun juga bentuknya dari masyarakat luas serta apapun juga konsekuensi yang akan terjadi dari penemuannya itu. Seorang ilmuan tidak boleh memutar balikkan temuannya jika hipotesis yang dijunjung tinggi tersusun atas kerangkan pemikiran yang terpengaruh preferensi moral ternyata hancur berantakan karena bertentangan dengan fakta-fakta pengujian.

Analisis dan Komentar
Filsafat memberikan kebiasaan dan kepandaian untuk melihat dan memecahkan persoalan-persoalan dalam hidup sehari-hari. Orang yang hidup secara dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan-persoaln, apalagi melihat pemecahannya. Dalam filsafat kita dilatih melihat lalu apa yang menjadi persoalan, dan ini merupakan syarat mutlak untuk memecahkannya
Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah sehingga orang menjadi kritis terhadap kegiatan ilmiah. Maknanya seorang ilmuwan harus memilki sikap kritis terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga dapat menghindarkan diri dari sikap solipistik, yakni menggap hanya pendapatnya yang paling benar
Dimensi filsafat ilmu yang sering menjadi kajian secara umum yaitu meliputi tiga hal: dimensi ontologi, dimensi epistemologi, dan dimensi aksiologi. Ketiganya merupakan cakupan yang meliputi dari keseluruhan–keseluruhan pemikiran kefilsafatan. Dimensi yang pertama, membahas dan mengetahui tentang asas-asas rasional dari yangada, mengetahui esensi dari yang ada. Dimensi epistemologi menyelidiki asal mula, susunan, metode-metode dan sahnya pengetahuan. Sedangkan dimensi aksiologi berusaha mengetahui hubungan antara ilmu dan etika yang mempertanyakan mengenai nilai-nilai yang dijadikan sebagai kunci keputusan dan tindakan manusia. terhadap ketiga dimensi di atas sangat penting, karena merupakan pokok pemahaman dari kerangka pemikiran filsafati.

Buku ini sangat bagus dibaca agar mahasiswa berpikir ilmiah yang dimanifestasikan pada kemampuan eksplanasi, analisis, agrumentasi, kritik, berfikir yang reflektif yang logis dan peka terhadap fenomena yang dihadapi dengan yang dilandasi oleh kombinasi multiple intelligensi.
Daftar Pustaka

Suriasumantri, Jujun S. 2005. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.


RUNNING NOTE
1.Dikutip dalam syam,M.N,2006:filsafat ilmu,malang,FIP UM hlm 8
2.Dikutip dalam Amsal Bakhtiar.2005.Filsafat Ilmu. Jakarta:Rajawali Pers. hlm. 144.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar