PENDAHULUAN
Pada zaman modern
sampai saat ini, pandangan, pemikiran dan pengetahuan manusia tentang
kausalitas menjadi salah satu faktor dasar penentu perkembangan kemajuan sains
dan teknologi. Ditangan sains dan teknologi, perdebatan tentang kausalitas
menjadi bersifat materialistik dan dialektik. Kausalitas menjadi sebatas
objektivitas persepsi inderawi yang bersifat mekanik dan statis.
Karena itu,
kausalitas kehilangan aspek spiritual atau ke-Tuhan-annya. Faktor perkembangan
ini menyebabkan pendangkalan dan penyelewengan dalam kesadaran bahwa kausalitas
adalah bagian dari hukum-hukum kekuasaan Tuhan menjadi lingkaran sempit
sekularitas dunia inderawi manusia modern. Penyelewengan ini pulalah yang
menyebabkan terperangkapnya manusia modern dalam berbagai penderitaan psikis
dan spiritual yang berujung pada kerusakan lingkungan dan alam.
Segera muncul
pemikir-pemikir, khususnya di kalangan Islam, yang mengkritik secara tajam
pandangan materialistik dan dialektik dalam sains modern tersebut terhadap prinsip
kausalitas. Dalam buku inilah dijumpai urgensi pemikiran seorang Muhammad Baqir Ash – Shadr. Secara khusus dalam pemikiran dan karya-karyanya,
ia mengarahkan kiritk terhadap kepicikan pandangan sains modern tersebut,
tetapi secara strategis memberi warna dan pembaharuan tertentu paham keagamaan
Islam kontemporer dengan penekanan pada pentingnya logika, perlunya kausalitas
dan peran pemikiran filosofis dan teologis dalam menundukkan kekacauan
sekularisme dan agnotisisme.
Pemikiran
Filsafat Muhammad Baqi Ash-Shadar tentang kausalitas yaitu sebagai berikut :
KAUSALITAS DAN OBJEKTIVITAS
PEMBUKTIAN PERSEPSI INDRAWI
Menurut
Ash Shadr pertama, persepsi indrawi
tidak mengungkapkan adanya realitas objektif. Karena ia adalah konsepsi dan
bukan tugas konsepsi untuk memberikan jawaban yang benar, kedua, mengetahui adanya realita alam secara global adalah suatu
ketetapan yang niscaya lagi primer yang tidak membutuhkan bukti yakni tidak
perlu tahu terlebih dahulu. Dan inilah yang memisahkan antara idealisme dan
realisme. Ketiga, Mengetahui
suatu realitas objektif persepsi indrawi ini dan itu dapat terjadi dengan
berdasarkan prinsip kausalitas.
KAUSALITAS DAN TEORI-TEORI ILMIAH
Teori-teori ilmiah,
dalam berbagai lapangan eksperimen dan observasinal, menurut Ash Shadr secara
umum pada dasarnya bergantung pada prinsip-prinsip dasar hukum kausalitas. Ada
beberapa bentuk hukum kausalitas diantaranya:
1.
Prinsip kausalitas yang menyatakan
bahwa setiap peristiwa mempunyai sebab.
2.
Hukum keniscayaan yang menyatakan
bahwa setiap sebab niscaya melahirkan akibat alamiahnya dan bahwa tidak mungkin
akibat terpisah dari sebabnya.
3.
hukum keselarasan antara sebab dan akibat
yang menyatakan bahwa setiap himpunan alam yang secara esensial mesti selaras,
mesti pula selaras dengan sebab dan akibatnya.
Dalam ketiga
komponen teori ilmiah dan kausalitas ini menurut Sadr tidak bisa dipisahkan
karena sangat erat kaitannya satu sama lain. dalam mengungkapkan teori ilmiah
yang berhubungan dengan eksperimen ilmu pengetahuan alam, karena para ilmuan
menafikan adanya sebuah kebetulan dan hanya mempercayai hukum sebab akibat yang
sangat mendukung argumentasi mereka secara general. Oleh karena itu ilmu
pengetahuan secara umum menganggap prinsip kausalitas dan kedua hukumnya
berkaitan erat yaitu berupa hukum keniscayaan dan hukum keselarasan. Dan dapat
diterima sebagai kebenaran-kebenaran yang secara mendasar dan menerimanya
sebelum teori dan hukum eksperimental terhadap ilmu-ilmu pengetahuan.
KAUSALITAS DAN INFERENSIA
Ketika kita ingin
memberikan sebuah pembuktian terhadap suatu eksperimen, menurut Shadr baik
dengan cara filsafat maupun melalui teori empiris pada dasarnya kita hanya berusaha
agar bukti tersebut menjadi sebab diketahuinya suatu kebenaran itu. kalau tidak
dengan prinsip kausalitas itu, tentulah kita tidak mendapatkan hal ini. jadi
setiap pemaparan sangat bergantung pada diterimanya prinsip kausalitas. Bahkan
penolakan terhadap prinsip kausalitas yang telah di utarakan oleh para filosof
dan ilmuan juga berdasarkan prinsip kausalitas.
MEKANIKA
DAN DINAMIKA
Dari uraian diatas
sadr menyimpulkan bahwa :
1.
Menurutnya prinsip kausalitas tidak
mungkin dibuktikan dan dipaparkan secara empirik. Karena indra tidak
mendapatkan sifat objektif.
2.
Prinsip kausalitas bukanlah teori
ilmiah eksperimental, tetapi ia adalah hukum filsafat rasional di atas
eksperimen. Karena semua teori ilmiah tergantung pada prinsip kausalitas.
3.
Prinsip kausalitas tidak mungkin
ditolak dengan hujah apapun karena setiap usaha seperti ini justru menyebabkan
pengakuan tehadap prinsip kausalitas ini.
PRINSIP KAUSALITAS DAN MIKROFISIKA
Berdasarkan
kesimpulan-kesimpulan di atas
berkenaan dengan prinsip kausalitas, kita dapat mematahkan serangan-serangan kuat yang dilancarkan dalam
mikrofisika terhadap hukum keniscayaan,
dan gilirannya juga terhadap
prinsip kausalitas itu sendiri. Di dalam fisika atomik, terdapat kecenderungan
yang menyatakan bahwa regularitas
niscaya yang ditekankan kausalitas dan
hukum-hukumnya tidak berlaku dalam tingkat mikrofisika. Kiranya benar bahwa sebab-sebab itu
sendiri melahirkan akibat-akibat itu
sendiri pada tingkat fisika skolastik
atau fisika kasat
mata. Selanjutnya, pengaruh sebab-sebab
yang mempengaruhi kondisi-kondisi tertentu
yang sama niscaya
haruslah mernandu ke hasil-hasil yang sama, sehingga
kita dapat meyakini watak dan keniscayaan hasil-hasil itu karena
mempelajari sebab-sebab dan kondisi-kondisi alami itu. Namun,
segala sesuatu nampak tidak seperti itu,
kalau kita berusaha
menerapkan prinsip kausalitas pada alam
atom.
Selanjutnya hal yang sangat penting dalam karyanya falsafatuna Shadr memaparkan empat teori penting yang berhubungan
dengan prinsip kausalitas untuk menepis pemahaman kaum empiris dan matrealis
yang menafikan adanya sebab utama dari sebab-sebab yang ada didunia ini yaitu
Allah. Teori ini diawali shadr dengan mempertanyakan: Mengapa segala sesuatu butuh sebab-sebab?
Teori pertama: Teori Wujud (eksistensi)
Teori ini menyatakan
bahwa agar wujud itu maujud ia membutuhkan sebab. Kebutuhan itu adalah esensial
bagi wujud. Karena itu tidaklah mungkin kita mengkonsepsikan wujud yang bebas
dari kebutuhan tersebut, karena kebutuhan tersebut adalah misteri yang tersembunyi
didalam kemaujudan terdalam wujud. Akibatnya adalah bahwa setiap wujud adalah
bersebab.
Teori kedua: Teori penciptaan
Yaitu teori yang
menganggap bahwa butuhnya segala sesuatu akan sebabnya itu bersandarkan pada
penciptaan hal-hal itu. ledakan, gerakan dan panas misalnya menuntut adanya
sebab semua itu adalah hal-hal yang terjadi (ada) sesudah tidak ada. Jadi
pemaujudannya yang membutuhkan sebab dan yang merupakan pendorong utama yang
membuat kita melontarkan pertanyaan: “mengapa ia ada”? berkenaan dengan setiap
realitas yang ada bersama kita di dalam alam semesta ini. berdasarkan teori
tersebut prinsip kausalitas menjadi terbatas pada peristiwa-peristiwa tertentu,
jika sesuatu itu maujud secara terus menerus dan permanen dan tidak mengada
sesudah tidak ada, maka padanya tidak akan terdapat kebutuhan akan sebab dan
tidak akan masuk kedalam alam khas kausalitas.
Teori ini berlebihan
dalam membatasi kaualitas dan ia tidak memiliki pembenaran dari segala
filsafat. Karena pengadaan hangat itu membutuhkan sebab, maka memperpanjang
hangat itu (terus-menerus) tidak cukup untuk membebaskannya dari kebutuhan ini.
karena pemanjangannya akan menjadikan kita mempertanyakan lagi sebabnya, sejauh
manapun proses perpanjangan itu.
Teori ketiga: Teori Kemungkinan Esensial dan Kemungkinan Eksistensial
Dua teori ini
menyatakan bahwa yang membuat sesuatu membutuhkan sebab adalah kemungkinan.
Namun masing-masing teori itu memiliki pahamnya sendiri-sendiri tentang
kemungkinan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan antara keduanya
itu adalah manifestasi perbedaan filisofis yang sangat dalam sekitar esensi dan
wujud. Dalam teori ketiga ini Sadr mengutip pendapat filosof Islam Sadruddin
Asy-Syirazi yang menyatakan, tidak ada keraguan bahwa kausalitas adalah hubungan
antara dua wujud yaitu sebab dan akibat. Dia adalah semacam hubungan antara dua
hal. Hubungan itu memiliki beberapa macam dan corak. Hal ini dicontohkan:
pelukis berhubungan dengan kanvas yang ia melukis diatasnya. Penulis
berhubungan dengan pena yang ia menulis dengannya. Pembaca berhubungan dengan
buku yang dibacanya.
Teori keempat: Fluktuasi Antara Prinsip Kontradiksi dan Kausalitas
Dengan teori ini
Shadr bermaksud menjelasnya bahwa setiap fenomena di alam semesta bisa
dijelaskan tanpa melibatkan sebab-sebab yang lebih tinggi, misalnya intervensi
Tuhan. Kehidupan dan sejarah, seperti dikatakan Shadr tidak bisa dilepaskan
sepenuhnya dari ketidak pastian antara kontradiksi-kontradiksi dialektika.
Sebagai dialektika ia menekankan bahwa pertumbuhan dan perkembangan timbul dari
kontradiksi-kontradiksi dalam (internal). Sebagai contoh, adanya
kontradiksi-kontradiksi internal di dalam maujud terdalam fenomena sosial
adalah cukup untuk perkembangan fenomena itu dalam gerak yang dinamik.
Analisis dan Komentar
Beberapa aspek dari
pemikiran Shadr tentang kausalitas yang menarik disimak antara lain
kontribusinya dalam memberi warna pada pembaharuan pemikiran Islam kontemporer.
Tidak mengikuti para filosof Islam klasik, penjelasan Shadr tentang kausalitas
tidak hanyut dalam ranah teologik dan metafisik, tetapi lebih dekat pada
realitas sosial dan perkembangan ilmu pengetahuan modern. Ia mengkritik
pendirian empirisme dan materialisme dalam prinsip kausalitas dengan mengatakan
bahwa inderawi saja tidak cukup untuk mengungkapkan adanya realitas objektif.
Dalam hal
pembaharuan pemikiran Islam, menurut saya Shadr mengemukakan kritiknya dengan mengatakan, yang salah satunya, bahwa
dalam fenomena-fenomena di alam semesta intervensi Tuhan tidak berlaku secara
mutlak. Hal itu karena secara kausalitas dapat dijelaskan perkembangan dan
pertumbuhan timbul dari adanya kontradiksi-kontradiksi dialektis dalam proses
alamiah. Semua itu, dimaksudkan bukan hanya dalam rangka merespon perkembangan
pemikiran manusia dalam sains tetapi berperan memberikan kiritik-kritik
terhadap jalannya sains yang cenderung lari dari kenyataan metafisik.
Daftar Pustaka
Ash-Shadr, M.B. 1995. Falsafatuna, Bandung : Mizan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar