Halaman

Selasa, 20 Maret 2012

DIALEKTIKA

Oleh Juanda*


PENDAHULUAN.
Teori dialektika Hegel dipraktekkan oleh Karl Marx sebagai asas dan pola: pertentangan kelas (dialektika). Teori ini berkembang, bahwa dalam masyarakat ada kelas penguasa dan penindas rakyat (warga negara, proletar). Kelas penguasa ini identitak dengan kaum kapitalis, kaum penjajah sekalipun komunisme juga membentuk pemerintahan diktatur, otoriter yang dikendalikan partai negara, partai komunis dalam negara itu.
Dengan strategi partai menguasai negara melalui revolusi, rakyat di dalam negara dibedakan: pendukung revolusi (revolusioner, kaum komunis dan kader-kadernya); berhadapan dengan kaum penentang revolusi (kontra-revolusi, reaksioner); mereka harus dimusnahkan!

DIALEKTIKA
Dalam logika klasik, dialektika diartikan sebagai suatu metode diskusi tertentu dan suatu cara tertentu dalam berdebat yang didalamnya ide-ide kontradiktif dan pandangan-pandangan yang bertentangan dilontarkan. Masing-masing pandangan itu berupaya menunjukkan titik-titik kelemahan dan kesalahan yang ada pada lawannya, berdasarkan pengetahuan-pengetahuan dan proposisi-proposisi yang sudah diakui. Dengan demikian berkembanglah pertentangan antara penolakan (penafian) dan penetapan di lapangan pembahasan dan perdebatan, sampai berhenti pada kesimpulan yang didalamnya salah satu pandangan yang bertentangan itu dipertahankan, atau sampai munculnya cara pandang baru yang merujukkan semua pandangan dari pergulatan pemikiran antara hal-hal yang berlawanan tersebut.
Dalam dialektika modern perdebatan bukan lagi suatu metode pembahasan dan cara pandang tertentu untuk bertukar pendapat, namun telah berubah menjadi suatu metode untuk menerangkan realitas dan hukum umum alam yang berlaku dalam berbagai realitas dan macam-macam eksistensi. Hegel merupakan orang pertama yg membangun suatu logika sempurna berdasarkan (ide dialektika). Dalam logikanya kontradiksi dialektika adalah titik sentral dan prinsip pokok yang menjadi dasar suatu pemahaman baru tentang alam, dan yang melalui prinsip pokok ini muncullah teori baru tentang alam yang sama sekali berbeda dengan teori klasik yang dianut orang sejak ia mampu mengetahui dan berfikir.
Hegel telah mendirikan segenap filsafat idealismenya diatas dasar dialektika tersebut. Setelah Hegel, Marx menganut dialektika tersebut dan menempatkan filsafat materialismenya dalam bentuk dialektika murni. Jadi dialektika modern, menganut klaim-klaim kaum dialektikawan adalah hukum berfikir dan sekaligus realitas, karena dialektika modern adalah metode berpikir dan prinsip yang menjadi dasar eksistensi dan perkembangan realitas.
Logika Hegel beserta (dialektikanya), menurut logika klasik dan logika umum manusia, dianggap bertentangan. Hal ini terjadi karena logika umum mempercayai adanya prinsip nonkontradiksi. Jadi metode kontradiktif dialektika memiliki tiga tahapan yaitu; Tesis, Antitesis, dan Sintesis. Namun Hegel pokok-pokok logikanya melalui tiga tahapan. Dialektika Maxisme dalam hal-hal pokoknya ada 4: gerak perkembangan, kontradiksi-kontradiksi perkembangan, lompatan-lompatan perkembangan, dan penegasan adanya hubungan umum yang akan kita jelaskan seperti dibawah ini.

GERAK PERKEMBANGAN
Stalin menyatakan; dialektika berbeda dengan metafisika, tidak menganggap alam sebagai  keadaan diam, beku, dan stabil, tetapi senantiasa bergerak, berubah, berkembang, dan dalam pembaruan terus menerus. Berkata pula Engels menyatakan; sebaiknya kita tidak melihat alam sebagai sesuatu yang seolah-olah tersusun lengkap, seyogianya dilihat sebagai sesuatu yang seolah-olah tersusun di otak kita. Meraka mencela logika metafisis (metode tradisional) dalam berfikir, karena prosedur untuk mempelajari dan memahami segala sesuatunya, karena metode ini menganggap sepenuhnya alam dalam keadaan diam dan beku.
Kita tidak mungkin memahami perkembangan ilmiah secara dialektika; ia tumbuh dan berubah sesuai dengan kontradiksi-kontradiksi didalamnya, dan karenanya mengambil bentuk baru dalam setiap tahap, sedangkan semua bentuk tersebuat adalah kebenaran ilmiah yang sempurna. Hal ini sangat jauh dari realitas alam pikiran manusia. Akan tetapi apa yang terjadi dalam lapangan penyesuaian ilmiah adalah pencapaian realitas-realitas baru yang ditambahkan kepada realitas yang lebih konstan, atau pengungkapan kesalahan kebenaran terdahulu dan kebenaran ide lain untuk menerangkan realitas. Teori ini pada mulanya adalah hipotesis, lalu sesuai dengan eksperimen-eksperimen, selanjutnya menjadi hukum ilmiah. Jadi kebenaran tidak tumbuh, tetapi kebenaran-kebenaran ilmiah bertambah. Dan pertam-bahan kuantitatif bukanlah pertumbuhan dialektik dan gerak filosofis kebenaran.

KONTRADIKSI-KONTRADIKSI PERKEMBANGAN
Stalin menyatakan; bahwa titik mula dialektika berbeda dengan metafisika, pandangannya berdasarkan pada fakta bahwa segala sesuatu dan peristiwa-peristiwa alam mengandung kontradiksi-kontradiksi, karena semuanya memiliki segi negatif dan segi positif di masa lalu dan kini. Pergulatan hal-hal yang berlawanan tersebut terletak dalam kandungan internalnya yang membuat perubahan-perubahan kuantitatif menjadi perubahan-perubahan kualitatif.
Mao Tse Tung beranggapan; hukum kontradiksi dalam sesuatu yakni hukum kesatuan hal-hal yang berlawanan, hukum yang paling mendasar dan terpenting dalam materialisdialektik. Senjutnya Lenin beranggapan; dialektika dalam arti yang akurat adalah mempelajari kontradiksi dalam esensi terdalam sesuat. Kemudian ia mengasumsikan bahwa sumber tersebut dalam kandungan internal materi. Jadi materi mengandung pemasokan terus menerus suatu gerak. Materi adalah kesatuan hal-hal yang berlawanan dan apabila kontradiksi itu menyatu, melebur dalam utinitas tertentu, maka adalah alami bahwa di antara kontradiksi-kontradiksi itu terjadi konflik untuk mendapatkan pengetahuan. Dengan dasar inilah Marxisme menolak  prinsip nonkontradiksi.
Logika dialektika sebagai ilmu pikiran yang berdasarkan metode marxisme yang dicirikan oleh hal-hal pokok mengakui hal berikut; 1) Hubungan umum; 2) Gerak perkembangan; 3) Lompatan-lompatan perkembangan; 4) Kontradiksi perkembangan. Kaum Marxis berusaha menunjukkan kontradiksi dan dialektika alam dengan contoh fenomena-fenomena tersebut. Kontradiksi yang dimaksud merupakan salah satu hukum logika dialektika, karena alam tersebut kontradiktif dan dialektik. Hal tersebut terjelaskan oleh beberapa kontradiksi yang dikemukakan indera atau yang diungkapkan ilmu pengetahuan.
Ada dua hal yang menyebabkan pandangan Marxis tentang kontradiksi yang mulai kehilangan sandarannya dalam alam dan bukti materialnya.
1.      Watak prinsip nonkontradiksi; prinsip nonkontradiksi adalah prinsip yang mengatakan bahwa kontradiksi itu mustahil.
2.      Cara Marxisme memahami kontradiksi;
Berikut adalah contoh kelemahan dan melalui ini Marxisme berupaya membuktikan logika dialektiknya. Satu, Kontradiksi-kontradiksi gerak; George Lafebvre berkata ketika tidak ada yang terjadi, di sana tidak ada kontradiksi. Sebaliknya jika tidak ada kontradiksi tidak ada yang terjadi, tidak ada yang maujud dan tidak terlihat aktivitas apapun dan tidak maujud sesuatu yang baru. Dua, Kontradiksi-kontradiksi kehidupan atau makhluk hidup; George Lafebvre berkata dan meskipun begitu apakah tidak jelas bahwa kehidupan adalah kelahiran, pertumbuhan dan perkembangan. Jadi hidup adalah kontradiksi yang pasti dalam maujuddan proses itu sendiri. Tiga, Kontradiksi dalam kemampuan manusia untuk tahu. Empat, Kontradiksi dalam fisika antara muatan negatif dan positif; apa yang diduga sebagai kontradiksi ini mengandung dua kesalahan. Pertama menganggap muatan positif dan negatif termasuk dalam kategori ada dan tidak ada. Kedua, menganggap atraksi sebagai sejenis persatuan. Lima, Kontradiksi aksi dan reaksi dalam mekanika; menurut Marxisme dan Newton hukum mekanika mengatakan bahwa setiap aksi pasti mempunyai reaksi yang menyamainya dalam kuantitas dan bertentangan arah dengannya. Enam, Kontradiksi-kontradiksi perang yang dikemukakan oleh Mao TSe Tung; sesungguhnya dalam perang, menyerang dan bertahan, maju dan mundur, menang dan kalah, semuanya itu adalah fenomena-fenomena yang kontradiktif. Tujuh, Kontradiksi-kontradiksi penilaian yang dibicarakan Kedrov; betapapun sederhanya suatu penilaian dan bagaimanapun biasanya penilaian itu, ia mengandung elemen-elemen kontradiksi dialektik yang bergerak dan tumbuh dalam kerangka semua pemikiran manusia.
Kesimpulannya; dari semua uraian kontradiksi dialektika di atas adalah semua kontradiksi yang dikemukakan Marxisme dalam lapangan filsafat dan ilmu atau dalam lapangan umum bukanlah jenis kontradiksi yang ditolak prinsip dasar logika metafisis, dan tidak mungkin dianggap sebagai dalil untuk menolak prinsip tersebut. Kebenaran yang jelas bagi kita dari sejumlah contoh kontradiksi dialektik adalah konflik dan interaksi antara hal-hal yang berlawanan secara eksternal.

LOMPATAN-LOMPATAN PERKEMBANGAN
Stalin beranggapan bahwa; dialektika berbeda dengan metafisika, tidak menganggap gerak berkembang sebagai gerak tumbuh sederhana, yang didalamnya perubahan-perubahan kuantitatif kecil dan tersembunyi kepada perubahan-perubahan yang fenomenal dan mendasar yakni pada perubahan-perubahan kualitatif. Perubahan kualitatif tersebut bukan berangsur-angsur tetapi cepat dan tiba-tiba, terjadi secara melompat-lompat dari satu tahap ke tahap lain. Perubahan itu bukan hanya mungkin, tetapi merupakan keniscayaan. Ia adalah hasil akumulasi perubahan-perubahan kuantitatif tak terinderai dan berangsur-angsur. Karena itu menurut metode dialektika diperlukan pemahaman gerak berkembang, bukan sebagai gerak melingkar atau semata-mata pengulangan prosedur  yang sama, tetapi sebagai gerak maju linier dan perpindahan dari tahap kualitatif lama ke tahap kualitatif baru.
Dialektika menegaskan bahwa perkembangan dialektis materi itu memiliki dua corak; Pertama; perubahan kuantitatif secara berangsur-angsur, dan Kedua; perubahan kualitatif secara tiba-tiba, yang terjadi segera, sebagai hasil dari perubahan-perubahan kuantitatif secara berangsur-angsur. Ini berarti bahwa perubahan-perubahan kuantitatif – ketika mencapai titik transisi – berubah dari kuantitas tertentu ke kualitas baru.

KAITAN UMUM (PENEGASAN ADANYA HUBUNGAN UMUM)
Stalin berkata dialektika berbeda dengan metafisika, tidak menganggap alam sebagai akumulasi aksidental hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang sebagian terpisah, terisolasi atau lepas dari bagian yang lain. Ia menganggap alam sebagai satu keseluruhan yang kukuh yang didalamnya hal-hal dan peristiwa-peristiwa slaing berhubungan secara organik, dan saling bergantung satu sama lain, sebagian merupakan kondisi (syarat) bagi sebagian yang lain secara timbal balik.
Jadi alam dengan bagiannya yang bermacam-macam tidak mungkin dipelajari menurut metode dialektika ketika bagian-bagian ini saling terpisah satu sama lain dan terpisah dari kondisi-kondisi dan keadaan-keadaannya, dan juga dari apapun yang lalu dan kini berhubungan dengan realitasnya, tidak seperti metafisika yang tidak melihat alam sebagai jaringan hubungan (net of lingkage and conjunction) tetapi melihat secara abstraktif murni, karena itu menurut paham dialektik setiap peristiwa tidak dapat dimengerti jika terpisah dari peristiwa-peristiwa lain disekitarnya, dan jika dipelajari secara metafisik murni.

ANALISIS dan KOMENTAR :
Dalam logika klasik, dialektika diartikan sebagai suatu metode diskusi tertentu dan cara tertentu dalam berdebat yang didalamnya terdapat ide-ide kontradiktif dan pandangan-pandangan yang dilontarkan. Sedangkan Dalam dialektika modern perdebatan bukan lagi suatu metode pembahasan dan cara pandang tertentu untuk bertukar pendapat, namun telah berubah menjadi suatu metode untuk menerangkan realitas dan hukum umum alam yang berlaku dalam berbagai realitas dan macam-macam eksistensi.
Dengan perbedaan pandangan diatas telah menyebabkan adanya perbedaan pandangan pula pada dialektika dan metafisika. Dialektika memandang alam senantiasa bergerak, berubah, berkembang dan dalam perubahan terus menerus. Pendapat ini dicontohkan oleh Marx dan Stalin. Dalam hal ini metode kontradiksi dialektika yang menguasai alam mengandung tiga tahapan yaitu tesis, antitesis, dan sintesis.

 * Mahasiswa Pascasarjana UPI Prodi Pendidikan Kewarganegaraan
 


Daftar Pustaka

Ash-Shadr, M.B. 1995. Falsafatuna, Bandung : Mizan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar