Halaman

Rabu, 21 Maret 2012

Peucohcoh

Oleh Hasanuddin Yusuf Adan

PEUCOHCOH merupakan satu istilah khas Aceh yang hampir dilupakan orang atau minimal banyak generasi muda sekarang yang tidak pernah mendengar dan tidak mengerti lagi makna yang terkandung di dalamnya. Peucohcoh adalah satu upaya atau usaha yang dilakukan seseorang terhadap orang lain agar orang lain tersebut mau melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak berencana melakukannya. Peucohcoh juga berarti usaha keras seseorang untuk meyakinkan orang lain agar orang lain tersebut naik semangat untuk melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak bersemangat sama sekali.


Usaha atau kerja yang dilakukan oleh orang yang ter-peucohcoh itu lazimnya mengandung nilai emosional atau semangat yang membara untuk melakukannya. Sama halnya dengan jangkrik (daruet kleng) tidur lalu kita gosok-gosok bulu ayam di mulutnya, maka jankrik akan semangat berlaga (peukab daruet kleng). Prilaku peucohcoh ini biasanya dilakukan oleh orang-orang tertentu yang memiliki sifat lucu, sifat ku’eh atau sifat jahat agar orang yang di-peucohcoh menjadi korban atau minimal diketawakan orang. 

Model-model peucohcoh
Dalam kehidupan bangsa Aceh, khususnya bangsa Aceh zaman awal dan zaman pertengahan banyak mengalami usaha-usaha peucohcoh. Umpamanya; ketika musim ceumeulhoe (merontokkan padi dengan telapak kaki) ada orang yang tidak mau melakukan ceumeulhoe karena malas. Tetapi ketika ada orang yang mampu mem-peucohcoh-kannya ia segera melakukan ceumeulhoe, umpamanya seseorang mengatakan kepadanya; ceumeulhoe tidak akan tuntas malam ini kalau belum turun tangan Polem Amat. Sementara, Polem Amat yang kena peucohcoh segera bertindak dan melaksanakan ceumeulhoe yang sebelumnya tidak pernah berniat untuk melakukan itu.

Peucohcoh sering juga terjadi terhadap anak-anak dalam pertandingan sepakbola, misalnya. Biasanya orang dewasa mem-peucohcoh anak yang main bolakaki dengan ucapan: Kalau kamu main dengan hebat seperti minggu lalu dengan memeras sepenuh tenaga tim kita pasti menang hari ini. Kalau bukan kamu yang memenangkannya tidak ada harapan pada orang lain. Biasanya, anak-anak yang kena peucocoh ini, main dengan penuh semangat sehingga ia mengalami dua hal; menang pertandingan dengan gemilang atau pingsan dalam lapangan.

Dalam politik, peucohcoh juga sering terjadi antara sesama pelaku politik, biasanya seorang politikus mem-peucohcoh politikus lainnya dengan target agar orang yang di-peucohcoh tersebut menjadi korban dan ia dapat meraup keuntungan atas korban orang tersebut. Umpamanya seorang politikus A mem-peucohcoh politikus B untuk maju menjadi calon ketua partai, padahal si A sangat tau kalau si B tidak ada dukungan anggota untuk menjadi ketua, namun tetap di-peucohcoh agar ketika si B gagal nama baik si A mencuat dan dapat menguasai partai.

Di musim pilkada gubernur atau bupati/walikota, peucohcoh banyak terjadi di Aceh. Dalam konteks ini orang-orang yang tidak punya kerja dan tak berpenghasilan tetap sering mem-peucohcoh orang kaya agar mau maju menjadi calon gubernur, bupati atau walikota. Tukang peucohcoh dengan penuh semangat memberikan harapan kepada sang calon bahwa dia akan menang dan menjadi gubernur, bupati/walikota karena banyak pendukungnya. Ketika sang calon bersedia maju, maka tukang peucohcoh pun ada kerja plus penghasilan dari sang calon karena diangkat menjadi tim sukses yang memperoleh syufa’at-nya di sana.

Ada model peucohcoh yang mengandung nilai lucu dan membuat orang tertawa. Peucohcoh model ini sering terjadi terhadap pemain geudeu-geudeu di Aceh, umpamanya; seseorang mem-peucohcoh seorang pemuda agar turun ke lapangan untuk mengundang lawan geudeu-geudeu-nya (jak tueng ureueng pok), padahal sang pemuda tidak mahir bermain geudeu-geudeu, ketika lawannya menyerundup dan membantingnya, orang-orang tukang peucohcoh tadi serentak ketawa terbahak-bahak.

Ketika terjadi konflik regulasi di Aceh akhir 2011 sampai Januari 2012 lalu, proses dan usaha peucohcoh juga terjadi di lembaga legislatif dan eksekutif, sehingga membuat kedua lembaga ini beradu argumen siang dan malam untuk mempertahankan jabatan yang ada dan merebut kekuasaan masa akan datang. Peucohcoh juga dilakukan pihak Jakarta terhadap Partai Aceh (PA) yang dilakukan oleh Ketua Bawaslu, Bambang Eka Cahya. Ia menyarankan agar PA ikut menggugat tahapan pemilukada Aceh ke Mahkamah Konstitusi (MK).

Selain gugatan dari Mendagri, alangkah baiknya PA juga ikut melakukan gugatan, kata Bambang Eka, pada rapat dengan Tim Pemantau Otsus Aceh dan Papua DPR RI, Kamis 12/01/2012 di Senayan. Menurutnya, gugatan PA itu diperlukan sebagai cerminan dari partai tersebut untuk mendaftarkan diri dalam pemilukada. (Serambi, 12/01/2012). Untunglah peucohcoh tersebut tidak terlalu digubris oleh PA sehingga tidak memperuncing konflik sesama Aceh karena di-peucohcoh oleh orang Jakarta.

 Efek-efek dari peucohcoh
Peucohcoh demi peucohcoh yang terjadi di Aceh tidaklah berakhir begitu saja seiring dengan berakhirnya upaya peucohcoh. Ia akan meninggalkan kesan mendalam untuk waktu yang tidak dapat ditentukan, sehingga suatu waktu bisa muncul efek negatif dari hasil peucohcoh tersebut dalam berbagai bentuk, model dan ragam. Biasanya efek peucohcoh di kampung-kampung terjadi perkelahian antar individu atau antar keluarga, tapi efek peucohcoh di kota sering mengundang malapetaka.

Ketika efek itu muncul dalam kelompok legislatif atau eksekutif nyaris efeknya menjurus kepada perang atau disintegrasi negara dan bangsa. Disadari atau tidak, efek dari peucohcoh tersebut sering sekali mengakibatkan kerusakan atau kehancuran. Kalau efek itu terjadi terhadap pemain bolakaki yang di-peucohcoh orang, maka besar kemungkinan pemain tersebut akan cedera kakinya. Kalau itu terjadi pada seorang pemain geudeu-geudeu maka besar kemungkinan para pemain atau salah seorang pemain akan mengalami patah tulang atau retak pusatnya (crah pusat).

Seandainya efek dari peucohcoh tersebut menghinggapi seorang ayah maka besar kemungkinan anak-anaknya di rumah bakal mengalami kelaparan. Kalau efek itu diterima seorang politikus maka ia akan hilang kepercayaan atau akan korban seumur hidupnya. Begitulah kira-kira gambaran efek negatif yang bakal terjadi terhadap orang yang di-peucohcoh oleh orang lain dalam sesuatu kegiatan. Untuk itu hindari peucohcoh dan dekati dengan nasehat agar tidak ada yang korban sesama kita.

Perlu kita ingat kalau hari ini kita pandai mem-peucohcoh orang sehingga orang tersebut menjadi korban dan kita menguntungkan, maka ingatlah suatu masa nanti giliran orang pula yang mem-peucohcoh anak-cucu kita dan mereka menjadi korban sebagaimana orang yang pernah kita korbankan hari ini lewat peucohcoh kita. Untuk alasan apa saja hindari peucohcoh agar tidak ada korban sesama kita dan tidak akan ada musuh akibat korban peucohcoh tersebut.

Jangankan manusia, terhadap binatang pun tidak boleh di-peucohcoh, karena kalau binatang yang di-peucohcoh lalu binatang tersebut berkelahi, salah satu atau keduanya akan menjadi korban apabila tukang peucohcoh tidak sempat melerainya. Hal ini juga sering terjadi dalam kehidupan orang Aceh yang gemar mengadu domba yang dilarang Allah SWT, seperti peulot manok (mengadu ayam), peupok leumo (mengadu lembu), peupok keubeue (mengadu kerbau) dan seumpamanya.
Sumber http://aceh.tribunnews.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar